Sumenep memiliki banyak sekali destinasi wilayah salah satu contohnya Masjid Agung Sumenep. Masjid Agung Sumenep atau masjid jami' merupakan masjid terbesar yang ada di wilayah Sumenep, masjid ini berdiri menghadap alun alun kota Sumenep. Masjid ini merupakan salah satu bangunan 10 masjid tertua dan mempunyai arsitektur yang khas di Nusantara di Pulau Madura. Dibangun Pada pemerintahan Panembahan Somala, Penguasa Negeri Sungenep XXXI. Arsitektur bangunan masjid sendiri, secara garis besar banyak dipengaruhi unsur kebudayaan Tiongkok, Eropa, Jawa, dan Madura, salah satunya pada pintu gerbang pintu masuk utama masjid yang corak arsitekturnya bernuansa kebudayaan Tiongkok.
Tidak hanya masjidnya yang menewan Sumenep juga mempunyai pantai-pantai yang tidak kalah menawan salah satunya Pantai Lombang. Pantai Lombang adalah salah satu pantai yang ada di Kabupaten Sumenep, Madura. Pantai ini tepatnya terletak di sebelah timur Sumenep, kira-kira 24km dari Kota Sumenep tepatnya di Kacamatan Batang-Batang. Pantai Lombang merupakan salah satu wisata alam unggulan di Madura. Di pantai ini, selain deburan ombak yang cukup tenang dan pasir putih yang sangat luas, para pengunjung juga akan disuguhi dengan rimbunnya pohon cemara udang yang berjajar mengikuti garis bibir pantai.
Tidak hanya pariwisatanya yang menawan, Sumenep juga mempunyai makanan yang sangat enak salah satunya yaitu Apen Parsanga. Apen Parsanga adalah kue khas Sumenep yang bentuknya menyerupai serabi tetapi rasanya berbeda. Makanan ini sangat unik begitupun dengan cara pembuatannya, karna tidak semua orang bisa membuat makanan ini hanya segelintir orang saja yang bisa membuat makanan khas sumenep ini.
Satu lagi Kabupaten Sumenep memiliki tarian tradisional yaitu Tari Muangsangkal. Tari Muangsangkal merupakan tarian untuk menyambut tamu. Muangsangkal berasal dari dua kata yaitu "Muang dan Sangkal". Muang yang berarti membuang dan Sangkal berarti hal-hal buruk. Tarian ini menggambarkan harapan orang Sumenep untuk terhindar dari bencana. Tari muangsangkal selalu dimainkan oleh orang tua, sebanyak lima, tujuh, atau sembilan orang dengan menggunakan pakaian tradisional dengan warna kuat seperti merah, kuning, dan hitam yang merupakan warna khas Sumenep.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar